Bersama dengan PSPD, WTMC menyelenggarakan kajian pekanan pada tanggal 28 November 2014 dengan tema Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau biasa disebut dengan AEC (ASEAN Economy Community). Membawa sub-tema tentang persaingan tidak sehat antara pasar modern dengan pasar tradisional, Randy Taufik sebagai pembicara memaparkan isu penelitiannya di hadapan peserta kajian pekanan sore kemarin. Seorang fresh graduate dari Fakultas Hukum angkatan 2010, Randy yang juga seorang Direktur Program MCC WTMC, menjelaskan mengenai kajian AEC melalui sudut pandang hukum dengan judul makalah “Pengaturan PUTS antara Pasar Modern dengan Tradisional dan Kaitan dengan MEA”. Diskusi menarik yang dimulai sejak pukul 15.00 WIB tersebut cukup menjadi perhatian bagi peserta yang datang dari mahasiswa S1 baik jurusan Hubungan Internasional maupun dari Fakultas Hukum, serta mahasiswa S2 yang khususnya dari jurusan Global Trade Diplomacy.
Diskusi Mingguan
Momentum Asean Economic Community (AEC) tahun 2015 mendatang tidak hanya memberi kemudahan akses bagi konsumen hingga produsen , namun juga momentum ini turut membuat persaingan di sektor regional semakin ketat. Persaingan tersebut konon akan meliputi berbagai sektor, baik bagi sektor padat karya seperti industri pakaian dan furnitur hingga padat modal seperti industri otomotif hingga industri semen, kondisi tersebut membuat setiap sektor melakukan kesiapan demi menyambut momentum tersebut.
Kajian mingguan World Trade Model Community (WTMC) pada tanggal 09 Mei 2014 ini mengangkat tema mengenai Trade Facilitation. Pemateri, Primadiana Yunita, S.IP, menyajikan judul kajian “Taking Advantage from ASEAN Trade Facilitation through ASEAN Single Window System in AEC 2015” bahwa ASEAN menyediakan Single Window System sebagai bentuk Trade Facilitation di ASEAN. Hal ini ditujukan untuk memberi berbagai kemudahan perdagangan di kawasan ASEAN dengan harapan dapat meningkatkan volume perdagangan antar negara -negara ASEAN. Salah satu hal yang ingin diintegrasikan sehubungan dengan adanya ASEAN Economy Community (AEC) adalah berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan ekspor dan impor yang ada di kawasan ASEAN.
Pada hari Jumat 28 Maret 2014 kemarin WTMC bersama dengan PSPD telah menyelenggarakan kajian pekanan yang ke-5. Masih dalam tema menyambut AEC atau ASEAN Economy Community yang akan dimulai tahun depan, sub-tema dalam kajian pekanan tersebut adalah perihal daya saing tenaga kerja Indonesia. Adalah Awe Tsamma, perwakilan dari ASC atau ASEAN Studies Center UGM yang menjadi pembicara, dengan membawakan makalah berjudul “Kajian Komparatif dalam Komunitas Ekonomi ASEAN: Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia.” Kegiatan yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam tersebut diikuti oleh hampir 30 orang peserta yang umumnya mahasiswa S1/S2 dan memiliki minat atau perhatian khusus terhadap ilmu perdagangan dunia.
Globalisasi dalam perdagangan rupanya tidak hanya memberikan implikasi pada perdagangan internasional di sektor barang semata, globalisasi kembali diperkuat legitimasinya dengan dimasukannya beberapa sektor jasa dalam General Agreement on Trade in Services (GATS) seperti pendidikan. Hal ini kemudian menempatkan pendidikan sebagai komoditas dalam perdagangan jasa terutama di Indonesia.
Fenomena ini tidaklah tidak beralasan, Sheiffi Puspapertiwi seorang mahasiswa pasca sarjana UGM yang menjadi pemateri dalam kajian pekanan World Trade Model Community (WTMC) melihat peningkatan jumlah pelajar internasional dalam dua dekade terakhir di antar negara ASEAN merupakan bukti dari mengglobalnya fenomena globalisasi pendidikan ini. Peningkatan tersebut tidaklah berhenti pada mobilitas pelajar semata, namun mobilisasi ini pada gilirannya menjadi sumber pemasukan negara yang turut dapat menggerakan perekonomian.
Pariwisata merupakan salah satu sektor strategis untuk meningkatkan devisa negara. Menuju integrasi ekonomi wilayah Asia Tenggara seperti yang tercantum dalam program Asean Economic Community (AEC) 2015, sektor pariwisata mulai digarap secara serius oleh negara-negara ASEAN. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menyepakai bluprint pengembangan dunia pariwisata ASEAN dalam ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP).
ATSP pada dasarnya dibentuk untuk meningkatkan daya saing ASEAN dalam pasar pariwisata global. Salah satunya dengan cara menetapkan standar-standar tertentu bagi penyedia layanan jasa pariwisata. Harapannya, ASEAN dapat menarik wisatawan asing asing Suatu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang patut untuk diapresiasi.
Serial kajian perdagangan dunia yang ke-2 berlangsung pada tanggal 7 Maret 2014. Seri kajian kali ini membahas mengenai bagaimana peran OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dalam mempersiapkan AEC (ASEAN Economic Community) 2015 dengan pemantik diskusi Aldo Egi Ibrahim, mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Adanya AEC 2015 merupakan salah satu bentuk kerjasama ekonomi ASEAN yang telah disepakati pada KTT ASEAN di Singapura pada tahun 2007. Tujuan dibentuknya AEC 2015 adalah sebagai pasar tunggal di wilayah regional Asia Tenggara yang diwujudkan dalam bentuk pembebasan aliran barang, tenaga kerja, maupun aliran modal. Arus modal dapat bergerak bebas di kawasan ASEAN, sehingga para pemodal dapat bebas berinvestasi dimanapun dalam kawasan regioal Asia Tenggara.
Mengawal kedaulatan pangan dapat berarti bahwa dalam proses produksi pangan dalam negeri, dari awal hingga akhir prosesnya adalah hasil dari jerih payah sendiri tanpa mengandalkan pada impor negara lain. Jika kita merefleksikan pada situasi pangan bangsa sendiri, situasi kemandirian yang berdaulat seperti tidak terlihat jika berkaca pada peningkatan impor pangan maupun neraca perdagangan dengan negara lain yang kian merugi.
Nusantara saat ini dan dilemanya yang rupanya membuat Sdri Nur Saudah, seorang asisten peneliti yang memaparkan gagasannya dalam kajian pekanan World Trade Model Community (WTMC) merasa gelisah pada kondisi pangan Nusantara. Kegelisahan itu tidaklah tidak beralasan, melainkan memang sudah lama kondisi tersebut semakin menjadi. Pangan yang sejatinya merupakan kunci sebuah bangsa maju, seperti ruh Indonesia sebagai Nusantara, Gemah Ripah Loh Jinawi.
Analisis GVC Jasa Pendidikan Tinggi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Oleh: Ali Nurudin
WTO melalui General Agreement on Trade in Services (GATS) menjelaskan bahwa pendidikan telah menjadi komoditas yang dapat diperdagangkan. Hal ini kemudian berimplikasi pada semakin besarnya upaya yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan tinggi dalam rangka meningkatkan value added mereka.
Bagi negara berkembang, seperti Indonesia, komersialisasi pendidikan tinggi dapat menjadi peluang sekaligus ancaman. Peluang yang ada adalah lembaga pendidikan tinggi dapat menjadi salah satu komoditi yang kompetitif jika mampu di desain dan sesuai dengan standar internasional yang ada. Sementara ancamannya karena dapat mengakibatkan tertinggalnya lembaga pendidikan tinggi jika tidak dapat menyesuaikan dengan standar internasional yang ada dan dimungkinkan akan kalah bersaing oleh lembaga pendidikan yang telah berstandar internasional.
Analisis GVC Industri Jamu Nasional
Oleh: Woro Rissa Wijaya
Obat tradisional atau Jamu telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan atau ramuan yang berasal dari tumbuhan, hewan, atau kandungan mineral untuk pengobatan. Saat ini obat tradisional telah menjadi pilihan karena selain harganya yang murah juga dianggap memiliki khasiat yang baik bagi tubuh. Sekitar 28,69% masyarakat Indonesia memilih obat tradisional dimana 93% menyatakan bahwa obat tradisional memberikan manfaat bagi tubuh. Masyarakat juga saat ini telah banyak banyak menggunakan prinsip back to nature dalam hal pengobatan. Dimana, obat kimia dianggap meninggalkan residu di tubuh yang dikhawatirkan dapat menimbulkan berbagai penyakit metabolik seperti diabetes, kolesterol tingi, asam urat, batu ginjal, dan hepatitis.