PSPD bekerja sama dengan WTMC menyelenggarakan Kajian Pekanan pada Jumat, 12 Juni 2015 dengan Nurjannah Abdullah, S.IP sebagai pembicara. Diskusi kali ini mengangkat topik Analisis Global Value Chain (GVC) PT. Aseli Dagadu Jogja. Latar belakang Pembicara membawa topik tersebut karena globalisasi dan liberalisasi perdagangan mengakibatkan berubahnya pola-pola perdagangan dan paradigma persaingan bisnis yang terjadi antarperusahaan. Lebih lanjut hal tersebut didukung dengan penghapusan kuota atas barang asing di free trade area, yang membawa dampak timbulnya persaingan antara produk domestik dengan produk impor dari luar negeri. Pergeseran kondisi tersebut menyebabkan adanya perubahan dari proses perdagangan konvensional menjadi proses perdagangan yang kompleks yang berkaitan dengan rantai produksi dan “pembagian tugas” melalui mekanisme global value chain dan global roduction etwork.
Kegiatan
Pusat Studi Perdagangan Dunia (PSPD) bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia pada hari kamis tanggal 30 April 2015 mengadakan konsultasi publik mengenai pengembangan perdagangan jasa untuk meningkatkan eksport dalam menghadapi MEA (Masyarakat Economi ASEAN). Acara dimulai oleh Yuki Nur P. sebagai master of ceremony dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua PSPD, Poppy S. Winanti Ph.D.
Konsultasi yang dimoderator oleh Poppy S. Winanti Ph.D. dimulai dengan pemaparan mengenai MEA oleh Ir. Sondang Anggraini, MA., staff ahli Kementerian Perdagangan bidang diplomasi perdagangan. Implementasi AEC (Asean Economic Community) 2015 secara substansial telah tercapai dalam penghapusan tarif, fasilitasi perdagangan, agenda integrasi pasar jasa, fasilitasi investasi, simplifikasi dan harmonisasi framework kebijakan pasar modal, fasilitasi tenaga kerja terampil dan IPR (Intellectual Property Rights). Pertanyaan selanjutnya adalah apa yang akan dilakukan setelah MEA 2015, dibutuhkan adanya visi kelanjutan dari ASEAN Economic Community. Pembahasan draft paper ASEAN Economic Community 2025 sampai saat ini masih terus dibahas dan akan difinalisasi serta disahkan pada akhir 2015. ASEAN Vision 2025 terdiri dari 6 pilar yang saling terkait yaitu:
PSPD bekerjasama dengan WTMC menyelenggarakan Kajian Pekanan pada tanggal 10 April 2015 dengan Ferdiyansyah Rifa’i, S.IP., M.A. sebagai pembicara. Pembicara merupakan dosen Universitas Sriwijaya yang sebelumnya pernah menulis tesis dengan topik serupa, mengenai keterkaitan kebijakan liberalisasi pendidikan tinggi dengan membandingkan penerapannya di Tiongkok dan Indonesia. Diskusi dimulai dengan pemaparan kondisi Indonesia yang status quo dalam menyambut adanya bonus demografi, yaitu kondisi di mana mayoritas penduduk suatu negara berusia produktif. Menghadapi hal tersebut, Ferdiyansyah menawarkan suatu gagasan berupa pemberlakuan liberalisasi di bidang jasa pendidikan di Indonesia.
Bersama dengan PSPD, WTMC menyelenggarakan kajian pekanan pada tanggal 28 November 2014 dengan tema Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau biasa disebut dengan AEC (ASEAN Economy Community). Membawa sub-tema tentang persaingan tidak sehat antara pasar modern dengan pasar tradisional, Randy Taufik sebagai pembicara memaparkan isu penelitiannya di hadapan peserta kajian pekanan sore kemarin. Seorang fresh graduate dari Fakultas Hukum angkatan 2010, Randy yang juga seorang Direktur Program MCC WTMC, menjelaskan mengenai kajian AEC melalui sudut pandang hukum dengan judul makalah “Pengaturan PUTS antara Pasar Modern dengan Tradisional dan Kaitan dengan MEA”. Diskusi menarik yang dimulai sejak pukul 15.00 WIB tersebut cukup menjadi perhatian bagi peserta yang datang dari mahasiswa S1 baik jurusan Hubungan Internasional maupun dari Fakultas Hukum, serta mahasiswa S2 yang khususnya dari jurusan Global Trade Diplomacy.
Pada hari Sabtu, 31 Mei 2014, Pusat Studi Perdagangan Dunia dan World Trade Model Community UGM menyelenggarakan Seminar Nasional yang bertema “Peran UU Perdagangan Terhadap Kepentingan Nasional” di R. 531 Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
Seminar Nasional ini dihadiri oleh akademisi, praktisi, dan masyarakat umum yang memiliki kepentingan untuk memahami UU Perdagangan secara komprehensif. Pembicara dalam Seminar Nasional ini terdiri dari Prof.Mudrajad Kuncoro PhD (Pengamat Ekonomi FEB UGM), Riza Damanik (Direktur Indonesia for Global Justice), Lasminingsih S.H.LL.M (Kepala Biro Hukum Kementrian Perdagangan RI), dan Diah Ratna Pratiwi MA (Peneliti Pusat Studi Perdagangan Dunia UGM).
Momentum Asean Economic Community (AEC) tahun 2015 mendatang tidak hanya memberi kemudahan akses bagi konsumen hingga produsen , namun juga momentum ini turut membuat persaingan di sektor regional semakin ketat. Persaingan tersebut konon akan meliputi berbagai sektor, baik bagi sektor padat karya seperti industri pakaian dan furnitur hingga padat modal seperti industri otomotif hingga industri semen, kondisi tersebut membuat setiap sektor melakukan kesiapan demi menyambut momentum tersebut.
Kajian mingguan World Trade Model Community (WTMC) pada tanggal 09 Mei 2014 ini mengangkat tema mengenai Trade Facilitation. Pemateri, Primadiana Yunita, S.IP, menyajikan judul kajian “Taking Advantage from ASEAN Trade Facilitation through ASEAN Single Window System in AEC 2015” bahwa ASEAN menyediakan Single Window System sebagai bentuk Trade Facilitation di ASEAN. Hal ini ditujukan untuk memberi berbagai kemudahan perdagangan di kawasan ASEAN dengan harapan dapat meningkatkan volume perdagangan antar negara -negara ASEAN. Salah satu hal yang ingin diintegrasikan sehubungan dengan adanya ASEAN Economy Community (AEC) adalah berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan ekspor dan impor yang ada di kawasan ASEAN.
Pada hari Jumat 28 Maret 2014 kemarin WTMC bersama dengan PSPD telah menyelenggarakan kajian pekanan yang ke-5. Masih dalam tema menyambut AEC atau ASEAN Economy Community yang akan dimulai tahun depan, sub-tema dalam kajian pekanan tersebut adalah perihal daya saing tenaga kerja Indonesia. Adalah Awe Tsamma, perwakilan dari ASC atau ASEAN Studies Center UGM yang menjadi pembicara, dengan membawakan makalah berjudul “Kajian Komparatif dalam Komunitas Ekonomi ASEAN: Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia.” Kegiatan yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam tersebut diikuti oleh hampir 30 orang peserta yang umumnya mahasiswa S1/S2 dan memiliki minat atau perhatian khusus terhadap ilmu perdagangan dunia.
Globalisasi dalam perdagangan rupanya tidak hanya memberikan implikasi pada perdagangan internasional di sektor barang semata, globalisasi kembali diperkuat legitimasinya dengan dimasukannya beberapa sektor jasa dalam General Agreement on Trade in Services (GATS) seperti pendidikan. Hal ini kemudian menempatkan pendidikan sebagai komoditas dalam perdagangan jasa terutama di Indonesia.
Fenomena ini tidaklah tidak beralasan, Sheiffi Puspapertiwi seorang mahasiswa pasca sarjana UGM yang menjadi pemateri dalam kajian pekanan World Trade Model Community (WTMC) melihat peningkatan jumlah pelajar internasional dalam dua dekade terakhir di antar negara ASEAN merupakan bukti dari mengglobalnya fenomena globalisasi pendidikan ini. Peningkatan tersebut tidaklah berhenti pada mobilitas pelajar semata, namun mobilisasi ini pada gilirannya menjadi sumber pemasukan negara yang turut dapat menggerakan perekonomian.
Pariwisata merupakan salah satu sektor strategis untuk meningkatkan devisa negara. Menuju integrasi ekonomi wilayah Asia Tenggara seperti yang tercantum dalam program Asean Economic Community (AEC) 2015, sektor pariwisata mulai digarap secara serius oleh negara-negara ASEAN. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menyepakai bluprint pengembangan dunia pariwisata ASEAN dalam ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP).
ATSP pada dasarnya dibentuk untuk meningkatkan daya saing ASEAN dalam pasar pariwisata global. Salah satunya dengan cara menetapkan standar-standar tertentu bagi penyedia layanan jasa pariwisata. Harapannya, ASEAN dapat menarik wisatawan asing asing Suatu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang patut untuk diapresiasi.