Le Minerale berkolaborasi dengan sejumlah pihak yang berkepentingan melalui Program Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional (GESN) untuk mengubah sampah plastik menjadi barang daur ulang yang bernilai tinggi.
Inovasi baru produk Le Mineral galon sekali pakai sekarang ini telah menarik perhatian masyarakat umum. Produk ini memiliki tiga keunggulan yang pertama teknologi galon selalu baru, tutup ulir kedap udara, serta hemat dan praktis. Hanya dengan harga Rp 19.000 sudah termasuk pembelian galon, rupanya produk tersebut bisa menjadi opsi yang bisa di pertimbangkan. Selain harganya yang tampaknya masuk akal, Le Minerale menawarkan kenyamanan, kesehatan, dan keamanan. Namun bagaimana dengan dampak jangka panjangnya? Apa yang akan terjadi pada galon bekas pakai? Apakah bisa didaur ulang dengan baik? Atau akankah hal tersebut akan menghasilkan lebih banyak sampah plastik? Apakah sejalan dengan program ekonomi sirkular yang sedang di gaungkan di Indonesia?
Banyak orang yang masih belum menyadari seberapa besar dampak konsumsi plastik terhadap lingkungan. Kecenderungan masyarakat untuk mengonsumsi barang-barang yang menggunakan plastik sekali pakai adalah penyebab utama polusi saat ini. OneGreenPlanet mengklaim bahwa penggunaan plastik sekali pakai dapat menyebabkan penumpukan yang signifikan di tempat pembuangan sampah. Selain itu, banyak plastik yang mengandung senyawa berbahaya yang dapat mencemari tanah.
Produksi galon sekali pakai yang kian hari kian meluas mengancam pertumbuhan jumlah sampah plastik dalam beberapa waktu terakhir. Dari sudut pandang kuantitatif, meningkatnya penggunaan galon semacam itu bertentangan dengan tujuan nasional Indonesia untuk mengurangi sampah sebesar 30 persen pada tahun 2025. Selain itu, tujuan negara untuk pelestarian lingkungan bertentangan dengan penggunaan galon sekali pakai. Hal ini tidak konsisten dengan konsep gaya hidup 3R (reduce, reuse, recycle) yang di promosikan oleh berbagai kelompok. Muharram Atha Rasyadi, seorang juru kampanye perkotaan untuk Greenpeace, mengatakan bahwa argumen yang mengatakan bahwa argumen yang mengatakan bahwa produk galon sekali pakai ramah lingkungan hanyalah omong kosong belaka. Ia mengklaim bahwa produsen tidak benar-benar mempertimbangkan apakah suatu produk dapat didaur ulang dengan benar atau malah justru sebaliknya, mereka hanya menggambarkan bahwa produk tersebut menguntungkan secara ekologis.
Dengan banyaknya berita yang beredar di media massa tersebut, menciptakan stigma bahwa memang produk Le Minerale yang merupakan galon sekali pakai malah menciptakan sampah plastik lebih banyak. Namun hal yang terjadi malah sebaliknya, hal itu dibuktikan dengan riset anyar rekomendasi dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yaitu Net Zero Waste Management Consortium yang dirilis pada 22 November 2023. Tim peneliti lapangan Net Zero tidak menemukan adanya sampah galon Le Minerale di TPA di enam kota besar yang ada di Indonesia pada tahun 2022, berdasarkan hasil pemeriksaan audit sampah secara serentak yang di mulai dari Jakarta, Surabaya, Meda, makassar, Samarinda, dan Bali. Menurut laporan hasil hasil studi “Potret Sampah 6 Kota”, kantong plastik, bungkus Indomie, dan gelas air mineral merupakan sampah plastik produk konsumen yang mendominasi dampak lingkungan dan memenuhi TPA dari ke enam kota tersebut. Hal tersebut juga di dukung lebih lanjut oleh studi tahun 2021 yang dilakukan di Jabodetabek oleh sustainable Waste Indonesia (SWI), yang menemukan bahwa sampah produk konsumen yang lebih besar seperti Galon Le Mineral lebih mudah ditangani daripada sampah wadag plastik kecil yang sebandin. Selain itu, sampah dari produk konsumen dengan kemasan yang lebih besar memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi jika dijual sebagai bahan baku plastik daur ulang.
Pihak Le Mineral sendiri memiliki beberapa program yang mencoba mengatasi masalah sampah plastik, salah satunya yakni “Plasticpay” yakni program tukar sampah plastik dengan saldo e-Wallet. Program tersebut mendorong setiap orang untuk memanfaatkan kembali sampah plastik yang dapat merusak lingkungan menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bahkan menguntungkan. Hal itu dikarenakan sampah plastik yang terkumpul padaprogram Plasticpay akan di olah menjadi butiran, Recycled Polyester Staple Fiber (Re-PSF), dan juga benang serta kain. Bahan yang telah di daur ulang dapat menghasilkan eco-friendly fiber dan kain daur dan akan memenuhi semua standar dengan kualitas yang tinggi. Kain tersebut nantinya akan digunakan sebagai bahan untuk membuat bantal, boneka, tempat tidur, furniture, interior otomotif, dan produk non waven/waven. Masyarakat yang telah mengumpulkan sampah plastik dapat di menukar barang tersebut di Recycle point yang sudah di sediakan oleh Le Minerale, namun sayangnya Recycle Point tersebut belum terlalu merata di seluruh penjuru Indonesia, sehingga hal itu yang mungkin menyebabkan sampah galon sekali pakai seringkali masih mencemari lingkungan.
Janji Le Minerale untuk mendaur ulang sampah adalah hal yang serius. Inisiatif Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional, yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat pengumpulan dan daur ulang, telah berlaku sejak 26 Juli 2022. Tujuan utama program ini adalah untuk meningkatkan pasokan industri daur ulang sekaligus meningkatkan kinerja mitra sebesar 20%. Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional telah berhasil meningkatkan tingkat pengumpulan sampah sebesar 98% sejak di berlakukan tahun 2022. Dalam satu tahun, 6.300 ton sampah plastik berhasil dikumpulkan, yang setara dengan rata-rata 468.516 kg setiap bulannya. Jumlah tersebut mewakili 30% dari target 10 tahun Le Minerale.