SARDEIN Vol. 3: Pentingnya Peran Desa dan Komunitas Lokal dalam Ekonomi Sirkular
Penulis :
Maria Angela Koes Sarwendah
Kepala Divisi Diseminasi, Pusat Studi Perdagangan Dunia Universitas Gadjah Mada.
Penulis :
Lukas Andri Surya Singarimbun
Website Manager, Pusat Studi Perdagangan Dunia Universitas Gadjah Mada.
PSPD UGM bersama Suryakanta Institute dan Jelajah Wisata Hijau Sumberharjo (JWHS) menyelenggarakan Sarasehan Demokrasi Ekonomi Indonesia (SARDEIN) Volume 3 pada Minggu (12/3) di Kalurahan Sumberharjo, Yogyakarta. Mengusung tema "Visi Ekonomi Sirkular Indonesia: Di Mana Posisi Desa dan Komunitas Lokal?", diskusi dihadiri oleh para pemangku kebijakan lokal Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), praktisi, dan akademisi. SARDEIN Volume 3 juga menjadi momentum peluncuran buku yang disusun PSPD UGM bersama para pakar ekonomi sirkular di berbagai bidang.
Dukuh Klero, Sriwidodo, mengawali SARDEIN dengan menyambut seluruh pembicara dan peserta di Gedung Sumber Budhaya yang dikatakan bermakna sejarah penting bagi masyarakat Sumberharjo. Sambutan disambung Kepala PSPD UGM, Dr. Riza Noer Arfani, yang menyatakan tujuan SARDEIN Volume 3 sebagai forum diskusi, diseminasi pengetahuan, dan pembelajaran praktik ekonomi sirkular dalam konteks lokal dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Dalam kesempatan yang sama, Dr. Riza secara resmi meluncurkan buku berjudul “Ekonomi Sirkular dalam Gagasan Universal dan Praktik Lokal” sebagai kontribusi PSPD UGM terhadap pengembangan ekonomi sirkular dalam 10 sektor potensial Indonesia.
Lurah Sumberharjo, Kurniawan Widiyanto, S.E, memulai diskusi dengan menggarisbawahi sistem TPS 3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, dan Recycle) yang belum maksimal di kelurahan. Kurniawan menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah lokal, akademisi perguruan tinggi, masyarakat, hingga industri lokal untuk mengampanyekan praktik ekonomi sirkular di tingkat kelurahan maupun desa.
Direktur Lembaga Studi dan Tata Mandiri, Agus Hartono, S.S., kemudian menyinggung permasalahan sampah yang telah menjadi beban jangka panjang provinsi DIY. Agus menilai bahwa ketegasan pemerintah wajib diarahkan tidak hanya pada masyarakat lokal dalam mengelola sampah, melainkan juga pada para pelaku industri dalam mendesain produk dengan material yang mudah diolah konsumen.
Ishadi Zayid, S.H., Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, mengangkat aspek keberlanjutan lingkungan di sektor pariwisata provinsi DIY sebagai topik diskusi. Ishadi mengungkapkan komitmen Dinas Pariwisata Sleman dalam membangun wisata berbasis masyarakat yang tidak merusak alam dan bertentangan dengan aspek sosial-budaya masyarakat. Komitmen ini lantas tertuang dalam kampanye SAPTA PESONA (Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Kesejukan, Keindahan, Keramahan, dan Kenangan).
Mewakili Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) DIY, Wisnu Harmawan, S.P., MT. selaku Kepala Bidang Layanan Kewirausahaan Koperasi dan UKM menyampaikan bahwa 90% UKM DIY masih terkendala dalam mengembangkan usaha berbasis keberlanjutan lingkungan karena kekurangan dukungan finansial dan bimbingan. Lebih jauh, berdasarkan pengalaman penolakan produk UKM lokal DIY dari negara-negara Eropa, Wisnu menyampaikan pentingnya mendorong sertifikasi keberlanjutan lingkungan bagi produk UKM supaya ekspansi pemasaran dapat dilakukan ke berbagai negara.
SARDEIN Volume 3 ditutup oleh Rizky Alif Alvian, MIR., peneliti PSPD UGM dan penyunting buku “Ekonomi Sirkular dalam Gagasan Universal dan Praktik Lokal”, yang menggarisbawahi temuan buku terkait empat tren ekonomi sirkular di Indonesia. Tren tersebut meliputi: 1) praktik ekonomi sirkular yang didorong dari atas (pemerintah atau organisasi internasional); 2) praktik yang didorong dari bawah (masyarakat dan komunitas); 3) potensi perbaikan proses produksi produk; 4) potensi pembuatan kebijakan di level industri.