CEF Interactive Talk Show #1: Sekolah sebagai Agen Pengembangan Ekonomi Sirkular

CEF Interactive Talk Show #1: Sekolah sebagai Agen Pengembangan Ekonomi Sirkular

Penulis:

Maria Angela Koes Sarwendah

Kepala Divisi Diseminasi, Pusat Studi Perdagangan Dunia Universitas Gadjah Mada.

Penulis :

Lukas Andri Surya Singarimbun

Website Manager, Pusat Studi Perdagangan Dunia Universitas Gadjah Mada.

Penulis :

Christina Vania Winona

Writer, Pusat Studi Perdagangan Dunia Universitas Gadjah Mada.

Pusat Studi Perdagangan Dunia (PSPD) UGM dan FISIPOL UGM mengadakan Interactive Talk Show dengan tema “Menghubungkan Sekolah dengan Adopsi Ekonomi Sirkular” pada Rabu (7/12). Talk Show diselenggarakan di Selasar Barat FISIPOL UGM dan dihadiri empat pembicara, yakni Julie B. Appelqvist (Kepala Kerjasama Sektor Lingkungan, Kedutaan Besar Denmark untuk Indonesia), Drs. Muthoin, M.Si (Kepala BAPPEDA Kota Salatiga), Dr. Nurhadi, S.Sos, M.Si. (Dosen Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan FISIPOL UGM), dan Dr. Junita Widiati Arfani (Koordinator IGPA). Talk Show ini merupakan bagian dari Circular Economy Forum (CEF) dalam UGM International Forum for Inclusive and Sustainable Development in the Southeast Asia, Latin America, and the Caribbean Region. 

Di bawah arahan moderator Suci Lestari Yuana, MA, Dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIPOL UGM, Talk Show dibuka dengan pemaparan Julie B. Appelqvist terkait pengembangan ekonomi sirkular di Copenhagen, Denmark. Julie membagikan beberapa strategi sosialisasi ekonomi sirkular di tingkat pendidikan dasar, seperti pemberian sebutan pahlawan sampah bagi siswa, inisiasi tren konsep sekolah bebas sampah, dan modifikasi kurikulum yang berorientasi pada praktik. Pengamalan ekonomi sirkular di ranah pendidikan juga akan terdukung dengan kebijakan dan kolaborasi dari pemerintah lokal.

Mewakili Pejabat Walikota Salatiga, Drs. Muthoin, M.Si selaku Kepala BAPPEDA Kota Salatiga menyampaikan upaya Salatiga mengatasi dampak pandemi melalui pemulihan ekonomi masyarakat dan pengelolaan sampah. Beberapa praktik yang sejalan dengan ekonomi sirkular dapat dijumpai dalam pemanfaatan sisa makanan oleh peternak dan air cucian untuk pupuk cair petani di Salatiga. Selain itu, Salatiga merencanakan alokasi APBD untuk mendukung sekolah hijau dan pengadaan bank sampah di setiap RW. 

Dari sudut pandang akademisi, Dr. Nurhadi, S.Sos, M.Si menekankan peran penting pendidikan untuk menanamkan budaya ekonomi sirkular. Dr. Nurhadi menyampaikan tiga fungsi perguruan tinggi dalam memaksimalkan peran tersebut, yakni fungsi kampanye, fungsi riset dan pengembangan, serta fungsi advokasi.      

Talk Show dilanjutkan dengan pemaparan Dr. Junita mengenai tujuan dan kegiatan IGPA atau Indonesia Green Principal Award. Sebagai ajang pendampingan kepala sekolah dasar dan menengah, IGPA didesain untuk melembagakan praktik dan prinsip ekonomi sirkular kepada anak-anak mulai dari usia dini. IGPA diadakan sejak awal 2022 sebagai hasil kolaborasi lembaga pendidikan, riset, dan industri yang telah diikuti oleh 33 kepala sekolah dari 2 gelombang pelatihan.

Talk Show diakhiri dengan pengumuman perilisan buku karya kepala sekolah peserta IGPA bertajuk “Menemukan Kembali Mutiara Keberlanjutan” dan pemberian sertifikat rekognisi terhadap beberapa sekolah. Sertifikat rekognisi dibagi menjadi 4 kategori. Pertama, kategori Knowledge Co-Production yang diberikan kepada SD Aisyiyah Unggulan Gemolong dan SD Muhammadiyah Ketanggungan. Kedua, kategori Outreach Program yang diberikan kepada SD Muhammadiyah Program Unggulan Khusus Kottabarat Surakarta dan SD Muhammadiyah 2 Alternatif Kota Magelang. Ketiga, kategori Curriculum Design/Adoption yang diberikan kepada SD Muhammadiyah Sudagaran dan MI Muhammadiyah Ajibarang. Keempat, kategori Partnership Building yang diberikan kepada SD Muhammadiyah Plus Salatiga.

Leave A Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

*