Waktu | : | Selasa, 05 November 2024 |
---|
Short Course kali ini mengusung tema Linking Creative Industry to Local Economic Development: Cases From Food Related and Handicraft Industry in Yogyakarta, dengan mengambil beberapa contoh industri kuliner dan kerajinan di Kota Yogyakarta, baik industri besar maupun industri kecil. Industri kuliner dan kerajinan di Yogyakarta merupakan salah satu jenis usaha yang kian digemari oleh para pengusaha dari berbagai kalangan.
Kreatifitas para entrepreneur kuliner yang kian terasah telah menciptakan variasi jenis kuliner baru yang sebagian besar berasal dari sumber daya lokal. Dalam ranah yang lebih luas, inisiatif semacam ini secara tidak langsung mampu menggerakkan perekonomian lokal. Terlebih lagi, jika melihat perkembangan industri kuliner di Indonesia, pada tahun 2011 sektor makanan dan minuman menyumbang Rp 650 triliun pendapatan negara dan 30 persennya dari BTP (Bahan Tambahan Pangan) (Koran Tempo, 2013). Dengan jumlah yang demikian besar, maka tingkat konsumsi pangan di Indonesia juga bisa dikatakan cukup tinggi. Kondisi diatas tentu memberikan peluang bagi masuknya impor pangan dari berbagai negara dunia ke Indonesia. Untuk mereduksi hal diatas, maka penguatan industri pangan dalam negeri merupakan hal yang mutlak diperlukan. Salah satu solusi untuk bisa memperkuat pangan lokal dalam kompetisi produk impor adalah dengan merealisasikan ide ekonomi kreatif. Hal ini sejalan dengan gagasan dari Direktur SEAFAST Center IPB, bahwa industrialisasi pangan lokal harus dilakukan dengan mengkreasikan nilai tambah sedemikian rupa sehingga produk yang dihasilkan mempunyai nilai lebih-atau paling tidak sama- dengan produk pangan berbasis beras (atau gandum) yang saat ini masih mendominasi menu pangan Indonesia (Majalah Pangan, 2010).
Sejalan dengan industri kuliner, para enterpreneur industri kerajinan yang memang telah menjadi tulang punggung beberapa daerah di Yogyakarta sejak beberapa tahun yang lalu memberikan sumbangan yang cukup besar bagi komoditas perdagangan dan perkembangan pariwisata di Yogyakarta. Dengan harga yang terjangkau dan kualitas ekspor yang terjamin, menjadikan industri kerajinan di Yogyakarta berkembang dengan sangat pesat.
Kursus singkat ini akan diadakan selama tiga hari mulai tanggal 25 April sampai dengan 27 April 2013. Peserta kursus akan dibekali materi di kelas dan diajak kunjungan lapangan (field trips) ke beberapa lokasi/industri yang relevan. Kunjungan tersebut diharapkan dapat membantu para peserta mengaplikasikan materi yang telah dberikan oleh beberapa pembicara dengan situasi di lapangan. Program field trips ini akan menjadi media observasi terhadap praktek perdagangan dunia yang dilakukan oleh kalangan bisnis lokal.
Materi
- Significance of creative economy in international trade and local economic development
- Global map on food related and handicraft industry: global value chain analysis
- TRIPs in food related and handicraft industry
- Standardization on food industryglobal marketing
Pemateri
- Prof. Dr. Basu S. Dh., MBA.
- Dr. Wahyu Supartono
- Dr. Nanang Pamuji M., MA.
- Drs. Riza N. Arfani, MA.
- Dina W. Kariodimedjo, SH., LLM.*
Kunjungan Lapangan
- Tiwul Yu Yum
- Desa Wisata Bobung
- Galeri Batik Basu Sd.
- Cokelat Monggo
- Cokro Tela
- Jejamuran
Investasi
- S1 : Rp 750.000,-
- S2 dan S3 : Rp 1.000.000,-
- Umum : Rp 1.500.000,-
Peserta dengan Akomodasi Hotel
- Fullboard Package 1 (Short Course + Akomodasi) Rp 5.400.000,- (The Phoenix Hotel)
- Fullboard Package 2 (Short Course + Akomodasi) Rp 3.800.000,- (University Club UGM Hotel)
Waktu Pendaftaran
s.d. 15 April 2013
(peserta terbatas, pendaftaran ditutup jika sudah memenuhi kapasitas)
Informasi
Icha (0812 2772 2297)
Vinie (0857 2744 9997)