Pada volume ini, Journal of the World Studies menyajikan empat artikel yang mengambil tema utama politik domestik dan kebijakan perdagangan internasional. Tiga artikel difokuskan pada kebijakan perdagangan dan konteks politik domestik di Indonesia dan satu artikel mengangkat kasus Jepang. Artikel pertama yang ditulis oleh Sevy Kusdianita dan Primadiana Yunita difokuskan pada peran perusahaan besar dalam mempengaruhi kebijakan tobacco control di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang menduduki peringkat teratas mengenai jumlah perokok. Di samping itu, jumlah hasil produksi tembakau yang beredar di Indonesia juga termasuk tinggi. Jumlah yang tinggi dalam produksi tembakau merupakan akumulasi dari produksi tembakau perusahaan dalam negeri maupun produksi tembakau perusahaan multinasional yang berinvestasi di perusahaan dalam negeri. Tulisan ini menguraikan dan menganalisis mengenai kekuatan industri tembakau multinasional dalam mengintervesi kebijakan tobacco control di Indonesia. Artikel ini berargumen bahwa industri tembakau multinasional dapat mengintervensi kebijakan tobacco control di suatu negara, terutama di negara dunia ketiga. Intervensi yang dilakukan oleh perusahaan tembakau multinasional tersebut dikarenakan oleh dua kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan multinasional pada umumnya, yakni relational power dan structural power. Kekuatan tersebut telah terbukti mampu memberikan keuntungan bagi industri tembakau multinasional yang ada di Indonesia serta kepada negara asal industri tembakau multinasional tersebut.
Fokus artikel kedua adalah kebijakan proteksionisme pertanian Jepang. Artikel yang ditulis oleh Swastaji Rahmadi ini berargumen bahwa produktivitas yang rendah serta kekuatan politik dari kelompok kepentingan bernama JA- Zenchu menjadi salah satu penyebab eksistensi kebijakan proteksionisme pertanian. Kemenangan partai LDP dalam pemilu tahun 2012 pada mulanya disambut positif oleh masyarakat ekonomi Jepang agar dapat merevitalisasi ekonomi nasional. Namun pada 15 Maret 2013, rezim LDP di bawah PM Shinzo Abe menyatakan secara resmi partisipasi Jepang di dalam negosiasi perdagangan bebas Trans Pacific Partnership yang mengagendakan liberalisasi dan deregulasi seluruh sektor ekonomi, tidak terkecuali sektor pertanian. Keputusan ini mengejutkan seluruh pemangku kepentingan terutama JA-Zenchu sebagai kelompok kepentingan dari petani. Pertanyaan penelitian yang diajukan oleh artikel ada dua antara lain (1) mengapa JA- Zenchu gagal memengaruhi pemerintah untuk menolak partisipasi Jepang dalam TPP? serta (2) apa implikasi kegagalan JA-Zenchu dalam memengaruhi keputusan Jepang menolak TPP? Artikel ini akan menggunakan konsep gaiatsu in Japanese policy making oleh Aurelia George Mulgan dalam menganalisis pertanyaan penelitian artikel ini.
Artikel ketiga yang ditulis oleh Harri Fajri fokus pada gerakan fair trade yang dianggap dapat membantu menyelamatkan petani di negara dunia ketiga dari praktik-praktik perdagangan internasional yang tidak fair. Artikel ini berargumen bahwa dalam prakteknya gerakan fair trade juga memunculkan perdebatan akibat adanya keterlibatan perusahaan besar dalam gerakan tersebut. Dengan mengangkat studi kasus pelaksanaan fair trade dalam perdagangan kopi gayo, artikel ini menunjukkan bahwa pelaksanaan fair trade melalui skema sertifikasi yang dikeluarkan oleh Fairtrade Labeling Organization tidak secara otomatis dapat meningkatkan poisisi petani dalam perdagangan internasional.
Persoalan mengenai kebijakan tata niaga gula di Indonesia merupakan tema yang diangkat artikel terakhir yang ditulis oleh Hijrah Nasir, Nurshinta Anggia, dan Desri Gunawan Industri gula di tingkat global mengalami fluktuasi dalam beberapa tahun terakhir. Konsumsi dan permintaan akan gula meningkat dengan pesat namun produksinya menurun secara bertahap. Di samping itu, perjanjian di bawah WTO telah mendorong diterapkannya kebijakan penurunan tariff dan penghapusan berbagai macam hambatan non tariff yang dianggap tidak sesuai dengan ketentuanyang telah ditetapkan. Artikel ini secara khusus menyoroti kebijakan tata niaga gula di Indonesia mengingat gula merupakan salah satu komoditas perdagangan terpenting bagi Indonesia. Akan tetapi meningkatnya permintaan dan konsumsi gula di tanah air, tingginya biaya produksi, serta buruknya infrastruktur dalam industri gula telah mendorong peningkatan impor. Artikel ini juga menunjukkan bahwa kondisi semacam ini telah memberi keuntungan bagi para importer gula nasional.
[wpdm_package id=’3077′]