Menjawab Tantangan Pendidikan Masyarakat Ekonomi ASEAN

Globalisasi dalam perdagangan rupanya tidak hanya memberikan implikasi pada perdagangan internasional di sektor barang semata, globalisasi kembali diperkuat legitimasinya dengan dimasukannya beberapa sektor jasa dalam General Agreement on Trade in Services (GATS) seperti pendidikan.  Hal ini kemudian menempatkan pendidikan sebagai komoditas dalam perdagangan jasa terutama di Indonesia.

Fenomena ini tidaklah tidak beralasan, Sheiffi Puspapertiwi seorang mahasiswa pasca sarjana UGM yang menjadi pemateri dalam kajian pekanan World Trade Model Community (WTMC) melihat peningkatan jumlah pelajar internasional dalam dua dekade terakhir di antar negara ASEAN merupakan bukti dari mengglobalnya fenomena globalisasi pendidikan ini.  Peningkatan tersebut tidaklah berhenti pada mobilitas pelajar semata, namun mobilisasi ini pada gilirannya menjadi sumber pemasukan negara yang turut dapat menggerakan perekonomian.

Ada beberapa faktor yang esensial dalam pendidikan, pemateri menjelaskan bahwa hal seperti jaringan universitas, keamanan, kestabilan, kualitas dan peluang kerja merupakan daya tarik bagi pelajar untuk menimba ilmu di negara lain.  Malaysia contohnya sebagai negara ASEAN yang paling banyak menerima pelajar asing dari negara-negara anggota ASEAN yang memiliki daya tarik karena politik di negara tersebut dinilai stabil dan aman.

Melihat contoh tersebut pertanyaannya adalah bagaimanakah dengan Indonesia?. Dengan diposisikannya pendidikan sebagai sebuah komoditas yang dapat menjadi pundi-pundi pembangunan, Indonesia kemudian perlu menangani hal ini dengan serius, jangan sampai Indonesia kehilangan daya tarik karena beberapa masalah seperti masalah kualitas pendidikan hingga kurangnya insentif dari sektor ketenaga kerjaan.  Jangan sampai Indonesia tidak dapat mendapatkan keuntungan ditengah globalisasi pendidikan.

Ditengah globalisasi pendidikan ini, pemateri melihat bahwa kondisi ini dapat diperbaiki dengan mengoptimalkan perolehan dari partisipasi Indonesia dalam regionalism MEA.  Sebagai suatu rezim, MEA memberikan kesempatan untuk menjadi pintu dan zona penyangga antara kapasitas pendidikan tinggi domestic dengan ketatnya persaingan pasar dalam era globalisasi pendidikan.  Indonesia perlu secara aktif membenahi regulasi pendidikan tinggi serta kebijkan migrasi dan investasi yang erat kaitannya dengan pengembangan sektor pendidikan sehingga peluang tersebut dapat dioptimalkan tambahnya.

 

Keterangan foto: Pemateri, Sheiffi Puspapertiwi (kanan) sedang memberikan materi diskusi WTMC PSPD UGM
Disadur oleh: Rio Nurhasdy
Foto: Elio Diaz

Catatan: WTMC (World Trade Model Community) dan CwtsPspd UGM tiap Jumat seminggu sekali mengadakan diskusi yang terbuka untuk umum. Siapa saja dapat menjadi pembicara dalam diskusi tersebut, terutama yang mengangkat tema perdagangan internasional. Silakan menghubungi WTMC untuk informasi lebih detil. Pemikiran dan/atau pemaparan pembicara diskusi hanya mewakili pendapat individu pembicara dan tidak serta merta mewakili sikap/opini CwtsPspd UGM.

Leave A Comment

Your email address will not be published.

*