Tantangan Ekonomi Mendatang: Ekonomi Digital

Pembicara     : Putra Perdana, M.Sc

Waktu             : Jum’at, 8 Desember 2017 Pukul 14.00 s.d. 16:00 WIB

Tempat           : Ruang Diskusi Pusat Studi Perdagangan Dunia UGM

 

Pada kesempatan kali ini, Pusat Studi Perdagangan Dunia UGM mendapatkan kehormatan atas pemaparan Bapak Putra Perdana dalam agenda diskusi Weekly Vast Discussion dengan tajuk “Tantangan Perekonomian Mendatang: Ekonomi Digital”. Apabila akademisi mengkaji tentang isu ekonomi digital, tentu saja tidak hanya sebatas pada perkembangan teknologi informasi yang mendorong digitalisasi perekonomian yang memudahkan perdagangan barang/jasa antara produsen dengan konsumen.

Tantangan ekonomi digital yang paling besar adalah semakin besarnya aktivitas ekonomi yang tidak tercatat di dalam produk domestik bruto suatu negara. Munculnya kegiatan ekonomi yang tidak tercatat atau sering disebut juga underground economy. Kegiatan ekonomi yang tidak tercatat menjadi sinyal buruk bagi dimensi sosial dan ekonomi. Sebab, hampir semua kegiatan underground economy sulit dilacak oleh aparat kepolisian dan sulitnya menghitung dampak hilangnya potensi pajak yang dapat dikenakan pada aktivitas ekonomi tersebut. Kegiatan underground economy yang dipicu oleh perkembangan teknologi dapat bermacam macam bentuknya, antara lain perdagangan transnasional narkoba, perdagangan manusia, Deep Web,

Fakta mengejutkan adalah bahwa Jumlah pecandu narkoba 5-6 juta orang (Vivanews, 2017; Dit Serse Narkoba Polda Metro Jaya, 2017). Dengan rerata konsumsi narkoba per hari Rp 300.000,00 maka perputaran uang dalam bisnis narkoba adalah sebesar Rp602.250 Miliar atau 600 Triliun. Perputaran Uang Belanja Narkoba di Jogja 1,5 miliar per hari, atau sekitar 547,5 miliar per tahun (BNNP DIY, 2016). Uang 600 Triliun ekuivalen dengan:

  1. 500 unit gedung sekolah berstandar internasional
  2. 820.312 orang kuliah hingga lulus
  3. 090 unit Pertamina Tower
  4. 528 Km Jalan Tol (Panjang Indonesia dari ujung ke ujung: 7528 km)
  5. 468 Unit Sukhoi
  6. 172 Orang Neymar
  7. 4 Kali Penyelenggaraan Olimpiade London
  8. 120 unit pesawat Boeing 747-8F

Pelaku kejahatan transnasional memanfaatkan teknologi digital untuk menghilangkan jejak transaksi keuangan. Prinsip anonymity mereka gunakan untuk menghindari kebijakan KYC (Know Your Customer) yang ditanyakan oleh institusi keuangan seperti perbankan. Transaksi mereka biasanya berjumlah sangat besar dan melintas batas negara. Ada kalanya, orang enggan atau menghindari pencatatan keuangan pada transaksi-transaksi tertentu. Penghindaran pencatatan keuangan digunakan untuk menghilangkan jejak atau bukti. Penghindaran pencatatan keuangan biasanya menghasilkan uang hasil dari tindakan kejahatan, transaksi tidak ingin diketahui, money laundry, confidential transaction, pembiayaan terorisme.

Bedasarkan kutipan dari (Mosseunbur, 2001), bahwa komponen utama dari ekonomi digital ada tiga yakni,

  1. e-business infrastructure (jaringan internet, BTS.).
  2. e-business (bagaimana transaksi keuangan menggunakan media online, seperti kartu debit dan kartu kredit),
  3. e-commerce (perdagangan barang dan jasa secara online, Sebagai contoh membeli buku dari media sosial).

Namun, di Indonesia dan negara sedang berkembang lainnya, e-commerce mendominasi kegiatan ekonomi digital. Munculnya perusahaan start up di bidang ekonomi digital terutama di Tiongkok, menyimpan potensi ekonomi di masa depan. Karakter dari konsumen di Tiongkok sangat berbeda dengan Indonesia. Masyarakat Tiongkok menggunakan platform digital untuk melakukan transaksi skala besar (grosir), sedangkan konsumen di Indonesia biasanya transaksi skala kecil (eceran). Sebagian besar konsumen di Tiongkok mengakses internet menggunakan platform broadband, sedangkan Indonesia mayoritas melakukan transaksi daring melalui platform mobile. Keunggulan dari perusahaan start up di Indonesia adalah tingkat kesenjangan nilai transaksinya tidak begitu besar, walaupun belum ada satu perusahaan startup Indonesia yang masuk TOP-10 dunia. Sedangkan, di Tiongkok, perusahaan startup dikuasai oleh brand WeChat, karena WeChat adalah pemain tunggal aplikasi media sosial di Tiongkok.

Perkembangan teknologi yang sangat pesat menyebabkan terjadinya pergeseran pola konsumsi. Toko online kini menggeser peran toko konvensional. Akibatnya, biaya promosi dan pemasaran pada perusahaan berkurang. Di satu sisi, teknologi digital perusahaan dengan menggeser peran pihak marketing mendorong pengurangan beban operasional tenaga kerja. Hal ini perlu diantisipasi karena di sisi lain, akan timbul konflik horizontal akibat kebijakan efisiensi perusahaan. Pola konsumsi akan bergeser sebab budaya media sosial membuat distorsi kebutuhan dasar manusia. Teknologi digital juga memiliki dampak buruk karena perkembangan kegiatan deep web yang ilegal dapat membuka kesempatan konsumen membeli produk barang jasa yang ilegal.

Ekonomi digital merupakan anak dari Revolusi industri, yakni perubahan secara cepat dan drastis, mengubah struktur, bahkan mengubah segala aspek kehidupan. Akibat yang terjadi dari revolusi industri adalah tenaga kerja manusia diganti mesin, kawasan kumuh meningkat, kesenjangan sosial tinggi. Tahapan revolusi industri adalah sebagai berikut :

  1. Revolusi industri I : Mesin uap
  2. Revolusi industri II : Pembangkit tenaga listrik
  3. Revolusi industri III : Robotic dan robot related equipment
  4. Revolusi industri IV : Internet dan sistem cyber

Menariknya adalah teknologi merupakan panglima bagi kemajuan suatu negara. Dalam hal ini adanya investasi yang gencar di bidang teknologi; pembuktian keberadaan silicon valley yang mulai diikuti oleh dunia, seperti Indonesia, India, Arab Saudi, dan sebagainya; serta bagaimana memfokuskan teknologi dalam memotong ruang dan waktu.

Bagi Indonesia, Persiapan menyambut revolusi keempat menurut Sri Mulyani mengikuti arah kebijakan APBN 2018 sebagai instrumen dalam meningkatkan kualitas pendidikan manusia Indonesia dalam menyambut era teknologi. Intinya adalah peningkatan sumber daya manusia. Kemudian, terjadilah sebuah pergeseran, yaitu hilangnya middle man atau calo, karena konsumen dapat langsung mengakses kebutuhannya kepada produsen, seperti penggunaan traveloka. Dalam hal ini merupakan akibat dari penggunaan media sehari-hari. Selanjutnya adalah evolusi bisnis usaha, yaitu tidak banyak menggunakan faktor produksi, seperti perusahaan jaringan hotel terbesar dunia, Airbnb yang tidak punya hotel, begitu pun Gojek tidak mempunyai ojek. Dua perusahaan tersebut adalah perusahaan aplikasi yang kerap mengalami polemik dengan regulasi pemerintah, misalnya Gojek dengan Kementrian Perhubungan, padahal Gojek merupakan perusahaan berbasis aplikasi.

Terkait dengan evolusi dalam sistem pembayaran yakni dimulai dari era barter – kemunculan uang sebagai alat tukar perdagangan – kemajuan teknologi yang menghadirkan inovasi teknologi pembayaran elektronik (e-money) – Cryptocurrencies yang merupakan generasi baru dari e-money atau kerap disebut mata uang digital, salah satunya adalah Bitcoin yang bersifat borderless. Keberadaan cryptocurrencies memunculkan pertanyaan penting bagi Bank sentral, sistem keuangan dan perekonomian terkait masa depan sistem pembayaran. Seiring perkembangannya, bisa saja menghilangkan banyak mata pencaharian, seperti kasir dan teller bank.

Kesimpulannya adalah bahwa kini era ekonomi digital sudah dimulai. Gambaran mengenai Tiongkok menjadi salah satu negara perekonomian dunia yang telah berbenah menghadapi ekonomi digital. Indonesia sebagai tengah kita pijaki, memiliki tantangan dalam memulai hegemoni perekonomian dunia dalam era ekonomi digital. Dari sesi tanya jawab diskusi yang menarik adalah bahwa kita sudah sepantasnya beradaptasi jika ekonomi digital merupakan sebuah peluang, jika kita menganggap ini ancaman, suatu saat justru akan membuat kita ketinggalan jauh di belakang.